Teori Erikson dan Teori Attachment dalam Psikologi Keluarga

Kelompok 3
NUR ASMA                           16.3200.008
HERMAH                              16.3200.034
ANISA ZAINUDDIN            16.3200.065
TEORI JANGKA HIDUP ERIKSON
Erik Erikson, seorang psikoanalisis Freudian dengan keyakinan yang kuat mengenai pentingnya pengaruh budaya dan sosial dalam pertumbuhan, memberikan sebuah skema untuk memahami perkembangan jangka hidup yang memfokuskan perhatian pada aspek positif dan kesehatan perkembangan ego.[1]  Erikson lebih berfokus pada respons lingkungan positif yang dibutuhkan bagi pertumbuhan yang sehat dari pada yang dilakukan oleh Freud. Pengalaman pengasuhan merupakan peran utama dalam perkembangan orang dewasa sehingga dia memang merupakan ahli teori yang relevan.
Erikson menjelaskan pertumbuhan sebagai sebuah rangkaian dari delapan tahapan, seperti yang ditunjukkan tabel 1-1. Dalam tiap tahapan , kemampuan fisik dan psikologis muncul dan menjadi fokus perkembangan. Krisis perkembangan atau titik balik terjadi dalam tiap tahap, dan bergantung pada keseimbangan pengalaman positif dan negatif, yang membawa pada perkembangan sikap dasar positif atau negatif dalam periode tersebut (misalnya kepercayaan atau ketidakpercayaan, kemandirian atau keraguan/rasa malu). Tahapan pertumbuhan muncul di dalam diri seseorang, tetapi membutubhkan dukungan dari lingkungan agar tumbuh dengan sehat.
Individu memiliki pengalaman positif dan negatif dalam proses pemenuhan kebutuhan , dan kedua pengalaman itu penting bagi pertumbuhan optimal. Tanpa adanya rasa frustasi, kita tidak akan pernah belajar bagaimana mengatasi kesulitan. Bagaimanapun, bagi pertumbuhan yang sehat, keseimbangan membutuhkan hal positif. Ketika hal ini terjadi, kekuatan sifat baik berkembang.[2] Erikson tidak memercayai bahwa kita mengatasi tiap krisis cukup sekali dan selesai. Pengalaman selanjutnya dapat mengubah resolusi awal menjadi hal yang lebih baik atau lebih buruk. Stres dalam diri orang dewasa, misalnya, akan merusak cara yang matang dalam menangani sesuatu sehingga seseorang dapat menunjukkan perilaku nyang tidak dewasa. Pengalaman positif dimasa dewasa dapat membalikkan ketidakpercayaan atau keraguan yang tumbuh di masa kecil.
Mari kita lihat sejenak tahapan pada tabel 1.1. kita berfokus pada kualitas yang berkembang ketika pengalaman yang tepat dan lingkungan positif mendukung hal ini. Jika pengalaman bersifat negatif di awal dan kekurangan dukungan, kualitas negatiflah yang akan berkembang. Di tahun-tahun pertama kehidupan ketika semuanya berjalan lancar, anak mengembangkan kepercayaan, kemandirian, dan inisiatif. Di tahun-tahun usia sekolah dasar, anak datang ke sekolah dan bersikap rajin serta produktif.
TABEL 1-1
DELAPAN TAHAPAN KEHIDUPAN MENURUT ERIK ERIKSON
Usia
Krisis
Sifat Positif
0-1
Kepercayaan versus ketidakpercayaan
Harapan
1-3
Kemandirian versus rasa malu, keraguan
Niat
3-5
Inisiatif versus rasa bersalah
Tujuan
5-12
Kerajinan versus interior
Kompetensi
12-19
Identitas versus difusi identitas
Kesetiaan
19+
Keintiman versus isolasi
Cinta
25+
Generativitas versus stagnasi
Kepedulian
65+
Integritas versus keputusasaan
Kebijaksanaan

Ketika remaja, anak menyertakan seksualitas ke dalam pemahaman diri mereka yang sedang berkembang dan mengembangkan pemahaman identitas – perasaan kesamaan dan keberlanjutan diri – yang merupakan konsep utama dalam skema Erikson. Individu juga mnenyertakan pandangan masyarakat mengenai diri mereka – sebagai pria, wanita, dan anggota kelompok agama serta etnis tertentu. Individu harus memiliki identitas mereka yang dibenarkan oleh orangtua dan masyarakat. Jika tidak, mereka akan menjadi bingung, tidak yakin mengenai siapa diri mereka dan apa yang mereka cari. Ketika identitas positif terbentuk dan dibenarkan, remaja mengembangkan kesetiaan – yang diartikan sebagai kesetiaan atas pilihan baik itu orang, tujuan , atau idealisme. Ketika kejadian dalam hidup atau anggota keluarga atau masyarakat tidak mendukung, individu mungkin mengembangkan identitas negatif, perasaan tidak berguna.
Erikson menyusun tiga tahapan di masa dewasa. Di tahapan pertama, orang dewasa muda membangun ikatan personal yang intim dengan teman seusia. Hubungan intim melibatkan kebersamaan dan penyerahan diri pada hubungan tersebut. Sifat positif yang berkembang dalam periode ini ialah cinta dan mencakup pentransferan pengalaman cinta yang dirasakan dalam tahun-tahun perkembangan di masa kecil ke dalam masa dewasa.
Hal ini diikuti oleh periode penciptaan kehidupan baru – generativitas (kemampuan produksi dan reproduksi). Di masa lalu, wanita mengalami hal ini terutama di dalam keluarga, menciptakan rumah dan anak. Lelaki di mas lalu melakukan hal yang serupa dalam hal pekerjaan. Sekarang, pengasuhan dan pekerjaan merupakan aktivitas kreatif yang penting bagi keduanya. Sifat positif yang berkembang ialah kepedulian – fokus dan perhatian terhadap apa yang telah diciptakan meski membutuhkan pengorbanan.
Dalam tahap akhir kehidupan, fokus kembali kepada pengalaman pribadi seseorang. Individu harus berdamai dengan hidupnya dan merasa puas dengan diri mereka serta apa yang telah mereka lakukan. Ketika hal ini terjadi, individi mengembangkan rasa integritas dan kebijaksanaan mengenai hidup. Erikson meyakini anak dan cucu akan mampu menghadapi hidup ketika orangtuanya siap menghadap kematian.
Teori Erikson Membantu Orangtua Memahami Bahwa:
1.      Perkembangan psikologis berlanjut di masa dewasa dan resolusi konflik lama dimungkinkan di kemudian hari.
2.      Anak adalah individu yang aktif dan adaptif yang melalui tahapan pertumbuhan untuk menjadi mandiri, peduli pada orang lain dan dunia di sekitar mereka .
3.      Pengasuhan merupakan hal penting bagi anak yang merasakannya dan orang tua yang memberikannya.

TEORI KEMELEKATAN (ATTACHMENT)
Pada 1958, ahli psikoanalisis dari London John Bowbly menggunakan istilah kemelekatan (attachment) untuk menjelaskan hubungan orangtua – bayi dan mengartikannya sebagai “kasih sayang tanpa batas yang mengikat seseorang satu sama lain, melintasi ruang dan waktu.”[3] Dia meyakini bahwa hal ini memberikan ikatan positif yang menghasilkan perkembangan yang sehat, yang bertentangan dengan konotasi negatif istilah ketergantungan (dependency) yang digunakan Freudian untuk mencirikan hubungan anak dengan orangtua. Kemelekatan memfokuskan pada fungsi positif dari ikatan tersebut untuk bertahan dan menjaga kehidupan. Saat kemelekatan mulanya mengacu pada hubungan awal orangtua – anak, penerapannya lalu diperluas pada hubungan antara orangtua – anak dalam jangka hidup, serta hubungan dengan orang-orang penting lainnya seperti teman, guru, pengasuh, dan pasangan dalam pernikahan.[4]
Kemelekatan mengacu pada aspek hubungan orangtua – anak yang memberi bayi perasaan aman, terjamin dan terlindung serta memberikan dasar yang aman untuk mengekplorasi dunia. Dalam masa kanak-kanak, hubungan bersifat asimetris yaitu bayi mendapatkan keamanan dari orangtua, tetapi tidak sebaliknya. Di masa dewasa, kemelekatan mencakup hubungan timbal balik dan saling menguntungkan di mana pasangan memberikan tempat dan rasa aman satu sama lain.
Pada awalnya, kemelekatan diukur dalam situasi percobaan saat pengamat mencatat kualitas interaksi ibu – anak selama permainan (kemudian ayah juga diamati) dan mencatat reaksi anak ketika ibu meninggalkan ruangan, orang asing masuk, dan ibu kembali.[5] Kemelekatan biasanya diukur saat berusia 12 bulan dan selanjutnya dalam interval yang bervariasi. Kemelekatan juga telah diukur dengan penyortiran Q (Q-sort) yang digunakan oleh pengamat, serta wawancara dengan remaja dan orang dewasa.
Bayi dan anak-anak berbeda bukan pada tempat terjadinya kemelekatan – hampir semua anak terlekat sebagai bagian dari kehidupan – tetapi perbedaan kualitas kemelekatannya bergantung pada perilaku orang dewasa.[6] Bentuk yang paling umum ialah rasa aman yang timbul saat orangtua menerima, hadir secara emosional dan peka terhadap kebutuhan bayi. Bayi yang merasa aman akan bahagia bersama ibunya, protes ketika ibunya pergi, dan merasa senang lalu mencari kedekatan ketika ibunya kembali. Sekitar 60-70% bayi Amerika memiliki perasaan ini.
Ada tiga bentuk kemelekatan yang tidak aman. Ketika orangtua bersifat mengganggu dan terlalu menstimulus, bayi cenderung membentuk kemelekatan cemas – menghindar (anxious-avoidant) – tidak peduli dengan kepergian ibu  dan tidak tertarik ketika ibu kembali. Sekitar 20% bayi Amerika memiliki perasaan ini. Ketika orangtua tidak peka pada petunjuk bayi dan sering tidak hadir, bayi cenderung membentuk kemelekatan cemas – melawan (anxious-avoidant) – memprotes keras ketika ibunya pergi dan sulit membangun kedekatan ketika ibunya kembali, lalu mencari ibunya tetapi menolak kedekatan. Sekitar 10-20% bayi Amerika memiliki perasaan ini.
Bentuk ketiga dari kemelekatan yang tidak aman disebut dengan kemelekatan disorganisasi/disorientasi (disorganized/ disoriented). Ini terjadi di dalam keluarga di mana orangtua merasakan ketakutan atau trauma dan akibatnya membuat anak takut. Perilaku bayi terlihat tidak teratur karena disaat-saat tertentu ia merasa senang berada bersama ibunya seperti bayi yang merasakan kemelekatan aman, dan disaat yang lain dia menghindari orangtuanya. Mereka juga tampak disorientasi karena menunjukkan tanda kebingungan saat harus merespons, terkadang mereka “membeku” atau “berdiam diri” ketika di dekat orangtuanya. Presentase perasaan ini rendah pada keluarga dengan risiko rendah (sekitar 13%), tetapi presentasenya meningkat dalam keluarga dengan risiko tinggi – 82% di dalam keluarga yang anggotanya memperlakukan bayi dengan buruk.[7]
Ahli psikologi meyakini bahwa kemelekatan yang kuat pada orangtua dan rasa takut terhadap orang asing merupakan nilai pertahanan hidup bagi bayi. Kemelekatan yang aman memastikan bayi akan tetap berada di dekat orangtuanya dan bersikap responsif terhadap bimbingan sehingga orangtua dapat terus melindungi anak saat anak menjadi lebih mandiri.
Hubungan kemelekatan juga memberikan kerangka pemahaman bayi terhadap dunia.[8] Dari hubungan ini, bayi membangun model internal mngenai bagaimana orang-orang terkait satu sama lain. Bayi mengembangkan harapan mengenai seberapa baik seseorang memahami dan merespons mereka, seberapa besar pengaruh yang mereka timbulkan bagi orang lain, dan berapa tingkat kepuasan yang bisa mereka  harapkan dari orang lain. Mereka mengembangkan rasa kecintaannya ketika orang lain merespons dengan positif atas usulan mereka, dan mereka mengantisipasi respons yang sama dari orang dewasa dalam situasi baru. Ketika bayi diabaikan atau ditolak, mereka akan mengembangkan rasa ketidakbergunaan dan ketidakberdayaan. Ketika interaksi menghasilkan pola yang konsisten, bayi memperoleh pemahaman tentang keteraturan dan perkiraan (prediksi) dari pengalaman yang digeneralisasikan dalam kegiatan sehari-hari dan dalam dunia yang lebih besar.
Manfaat dari kemelekatan awal itu akan bertahan hingga dimasa  depan. Bayi yang merasa aman akan lebih ingin tahu dimasa kecilnya daripada bayi yang tidak merasa aman.[9] Mereka menghadapi masalah dengan penuh semangat dan tekun, tetapi menerima bantuan dari orang lain dan tidak agresif. Anak yang tidak memilki rasa aman cenderung lebih gelisah dan mudah marah jika menghadapi masalah.
Penggolongan kemelekatan bervariasi stabilitasnya seiring waktu tergantung pada sampel dan lamanya waktu. Dalam periode singkat, misalnya 12 hingga 18 bulan, kestabilannya tinggi.[10] Dua penelitian menunjukkan stabilitas substansial (sekitar 70%) bagi penggolongan rasa aman sejak usia 1 tahun hingga remaja dan di awal masa dewasa.[11] Namun, dua penelitian tidak menunjukkan stabilitas jangka panjang.[12] Secara umum, ketika bayi atau anak yang lebih tua tinggal dalam keluarga dengan banyak perubahan, khususnya perubahan negatif (misalnya perceraian atau hilangnya dukungan emosional yang mengubah hubungan alami orangtua – anak), stabilitas kemelekatannya menjadi lebih rendah. Namun, kualitasnya dapat berubah kearah positif begitu pula peningkatan kepercayaan  diri ibu dan perasaan aman akan meningkatkan kualitas kemelekatan mereka pada anak.[13]
Teori Kemelekatan Membantu Orangtua Memahami Bahwa:
1.      Kemelekatan terbentuk dengan orang-orang yang penting di dalam jangka kehidupan.
2.      Cara orangtua memperlakukan bayi menciptakan harapan jangka panjang mengenai cara dunia akan memperlakukan mereka.
3.      Kemelekatan bergantung pada kualitas hubungan orangtua – anak dan akan berubah saat lingkungan berkembang atau merusak kualitas hubungan tersebut.




REFERENSI
Belsky, Jay. 1996 “Instability of Infant-Parent Attachment Security, “Development Psychology  32.
Cummings dan Cummings “Parenting and Attechment”.
Erikson, Erik H. 1963 Childhood and Society. edisi ke-2. New York:Norton.
                        1964. Human Strength Cycle of Generations. dalam Insight and Responsibility. New York: Norton.
Hamilton, Claire E. “Continuity and Discontinuity of Attachment from Infancy through Adolescence, “Child development  71 (2000): 690-694; Everett Waters et al., “ Attachment  Security in Infancy and Early  Adulthood: A Twenty Year Longitudinal Study,” Child Development  71 (2000): 684-689.
Lewis, Michael  Candace Feiring, dan Saul Rosenthal “Attachment Over Time,”  Child Development 71 (2000): 707-727; L. Alan Sroufe dan Byron Egeland, “Attachment from Infancy to Early Adulthood in a High-Risk Sample: continuity, Discontinuity, and Their Correlates,” Child Development 71 (2000): 695-702.
Sroufe et al., The Development of the Person.
Sroufe, L. Alan .2005. The Development of the Person: The Minnesota Study of Risk and Adaptation from Birth to Adulthood. New York: Guilford Press.
Thompson, Ross A. “The Development of the Person: Social Understanding, Relationships, conscience,Self,” dalam Handbook of Child Psychology, edisi ke-6, ed. Vol.3.
Thompson, “ The Development of the Self.”
yons-Ruth, Karlen L et al., “Infants at Social Risk Maternal Depressions and Family Support Services as Moderators of Infant Development and Security of Attachment, “Child Development 61. 1990.





[1] Erik H. Erikson, Childhood and Society, edisi ke-2. (New York:Norton, 1963).
[2] Erik H. Erikson, “Human Strength Cycle of Generations,”  dalam Insight and Responsibility (New York:Norton, 1964), 109-157.
[3] Ross A. Thompson, “The Development of the Person: Social Understanding, Relationships, conscience,Self,” dalam Handbook of Child Psychology, edisi ke-6, ed. Damon dan Lerner, Vol.3, hlm.43.
[4] Cummings dan Cummings “Parenting and Attechment”.
[5] Thompson, “ The Development of the Self.”
[6] Ibid.
[7] Karlen Lyons-Ruth et al., “Infants at Social Risk Maternal Depressions and Family Support Services as Moderators of Infant Development and Security of Attachment, “Child Development 61 (1990): 85-98
[8] Tompson, “The Development of the Self”.
[9] L. Alan Sroufe et al., The Development of the Person: The Minnesota Study of Risk and Adaptation from Birth to Adulthood (New York: Guilford Press, 2005).
[10] Jay Belsky  et al., “Instability of Infant-Parent Attachment Security, “Development Psychology  32 (1996):921-924.
[11] Claire E. Hamilton, “Continuity and Discontinuity of Attachment from Infancy through Adolescence, “Child development  71 (2000): 690-694; Everett Waters et al., “ Attachment  Security in Infancy and Early  Adulthood: A Twenty Year Longitudinal Study,” Child Development  71 (2000): 684-689.
[12] Michael  Lewis, Candace Feiring, dan Saul Rosenthal “Attachment Over Time,”  Child Development 71 (2000): 707-727; L. Alan Sroufe dan Byron Egeland, “Attachment from Infancy to Early Adulthood in a High-Risk Sample: continuity, Discontinuity, and Their Correlates,” Child Development 71 (2000): 695-702.
[13] Sroufe et al., The Development of the Person.

Komentar

  1. Best Casinos with Real Money - DrmCD
    Online 광주광역 출장마사지 Casino Games, 안성 출장샵 Slots, Live 광주 출장샵 Casino, Bingo, and Poker You can 나주 출장안마 play games in several different casinos and casinos. It's not just 남양주 출장안마 about

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Agama dan Kebudayaan

Permainan Simulasi dalam Bimbingan Konseling

Makalah Tabarruj dalam Islam