Laporan Hasil Wawancara (Kasus Gangguan Perilaku)
LAPORAN OBSERVASI
(Kasus Gangguan Perilaku)
Disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah
Psikologi Abnormal
Dosen Pembimbing: Nur
Afiah, M.A

Disusun Oleh:
NUR ASMA
16.3200.008
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) PAREPARE
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
Nama : FTR
Alamat : Pinrang
Umur : 19 Tahun
Pekerjaan : Tidak tetap
Masalah gangguan perilaku: Seorang
perempuan tetapi berpenampilan dan bertingkah laku seperti laki-laki.
A.
SIMTOM (Gejala)
1.
Suka berpakaian seperti seorang
laki-laki.
2.
Cara berbicaranya tegas seperti
seorang laki-laki.
3.
Tidak suka memakai rok.
4.
Cara jalannya cepat, tidak seperti
perempuan pada umumnya.
5.
Tidak suka berdandan.
6.
Lebih nyaman berteman dengan
laki-laki dari pada perempuan.
B.
DURASI ( Lamanya Gangguan Perilaku Itu
Terjadi )
Gangguan perilaku ini sudah terjadi selama kurang lebih 12 tahun
terakhir. Gangguan ini mulai terjadi kira-kira ketika ia sedang berusia 7
tahun. Awalnya ia memiliki perilaku yang
biasa saja yang sama halnya dengan anak-anak perempuan yang seumuran dengannya
di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Tetapi lama kelamaan ia menjadi suka
memakai pakaian seperti laki-laki, lebih suka berteman dengan laki-laki, dan
suka meniru cara berbiara anak laki-laki yang ia temani bermain.
Akhirnya perilakunya itu terbawa sampai sekarang, Sebenarnya ia ingin
mengubah kebiasaannya itu tetapi ia merasa sangat sulit untuk mengubahnya
karena ia sudah merasa nyaman dengan penampilan dan tingkah lakunya yang
sekarang ini. Meskipun sudah banyak orang yang memberikan saran kepadanya agar
mau merubah penampilannya seperti halnya seorang perempuan.
C.
ASSESMENT ( Cara Pengumpulan Data )
1.
Observasi
Berdasarkan hasil pengamatan singkat yang saya lakukan, jika dilihat
secara fisik saudari Ftr memang terlihat seperti laki-laki, bahkan ketika ada
orang yang baru pertama melihatnya sekilas tidak akan dapat membedakan apakah
ia perempuan atau laki-laki.
Juga ketika berbicara dengannya, ia berbicara dengan suaranya tegas tidak seperti perempuan
pada umumnya yang biasanya memiliki suara yang lemah lembut. Meskipun
berpenampilan seperti seorang laki-laki ia tetap bisa berteman dengan siapa
saja baik itu perempuan ataupun laki-laki.
2.
Wawancara
Setelah melakukan wawancara atau bertanya tentang hal-hal yang
berhubungan dengan penampilan dan perilakunya, maka diperoleh informasi sebagai
berikut:
a)
Awalnya ia memiliki perilaku yang
biasa saja yang sama halnya dengan anak-anak perempuan yang seumuran dengannya
di lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
b)
Penampilan dan perilakunya mulai
berubah kira-kira ketika ia sedang
berusia 7 tahun.
c)
Penyebab terjadinya perubahan itu
adalah karena sewaktu kecil ia sering ikut dengan ayahnya ke sawah ataupun ke
kebun dan suka membantu ayahnya . Karena
merasa tidak nyaman menggunakan pakaian anak perempuan ketika ikut bersama
ayahnya maka ia mulai memakai pakaian laki-laki dan merasa nyaman dengan hal
itu. Tanpa ia sadari akhirnya kebiasaannya itu masih ia bawa sampai sekarang.
d)
Bahkan pernah ketika ia masih
kecil karena terbiasa melihat ayahnya tidak memakai baju ketika berangkat ke
sawah atau ke kebun akhirnya iapun juga menirunya, tetapi hal itu tidak
bertahan lama karena ibunya selalu menyuruhnya agar memakai baju ketika keluar
rumah.
e)
Ia merasa lebih nyaman berteman
dengan laki-laki karena di sekitar rumahnya lebih banyak anak laki-laki dari
pada perempuan dan ia juga lebih sering bermain dengan anak laki-laki. Ditambah
lagi menurutnya anak perempuan itu sangat cerewet dan manja. Jadi ia menjadi
malas untuk bermain dengan anak perempuan.
f)
Ia tidak suka memakai rok karena
menurutnya rok itu adalah pakaian yang sangat mengganngu karena ketika memakai
rok akan membuatnya kesulitan dalam beraktivitas.
g)
Ia juga tidak suka berdandan
dikarenakan berdandan itu membutuhkan waktu yang cukup lama dan juga untuk
membeli alat-alatnya hanya akan membuang-buang uang karena bagaimanapun kita
berdandan wajah kita tidak akan beruah.
D.
DIAGNOSA ( Mengklasifikasikan/
Menggolongkan)
Jika dilihat dari simtomnya masalah tersebut dapat digolongkan kedalam
gangguan perilaku (identitas gender).
Identitas gender merujuk kepada persepsi diri individu sebagai seorang
pria atau wanita. (Halgin & Whitbourne, 2010 ; 308) Fausiah mengatakan bahwa
identitas gender adalah keadaan psikologis yang merefleksikan perasaan dalam diri seseorang yang berkaitan dengan
dengan keeradaan diri sebagai laki-laki dan perempuan
E.
TREATMENT (Cara Mengatasi Masalah)
Berdasarkan gejala dan penyebab
terjadinya gangguan tersebut dapat dijelaskan menggunakan pendekatan psikoanalisis.
Yang bemasalah disini adalah sistem id nya. id bersifat sederhana
dan bekerja berdasarkan prinsip kesenangan. Ciri-ciri id menurut Lesmana
(2009) adalah ekerja diluar kesadaran manusia, irasional, tidak terorganisasi,
berorientasi pada kesenangan, primitif, berperan sebagai sumber libido atau
tenaga hidup dan energi.
Masalah ini dapat diselesaikan melalui teknik penafsiran yang
merupakan prosedur dasar yang mencakup analisis terhadap asosiasi bebas,
anlisis mimpi, analisis resistensi, dan analisis transferensi. Konselor akan
menyampaikan sekaligus memeri pemahaman pada konseli mengenai makna dari
tingkah laku konseli yang di menifestasikan melalui keempat teknik
psikoanalisis tersebut. Penafsiran ini bertujuan agar mendorong ego konseli
untuk mengasimilasi hal-hal baru dan mempercepat proses penyingkapan hal-hal
yang tidak disadari. Penafsiran harus disampaikan pada saat yang tepat agar
dapat diterima oleh konseli seagai agian dari dirinya. Apabila disampaikan
terlalu cepat, kemungkinan konseli akan melalukan penolakan, tetapi apaila
penafsiran jarang dilakukan, kemungkinan konseli akan sulit memperoleh wawasan
atas masalahnya.
Komentar
Posting Komentar